Penjelasan Af'alu At-Tafdhil dalam Alfiyah
Pendahuluan
Af’alu At-Tafdhil dibahas di dalam kitab alfiyah
setelah pembahasan ni’ma dan bi’sa, alasannya karena ada letak kesamaan dan
perbedaan:
1. Letak kesamaan:
af’alu at-tafdhil dan ni’ma/bi’sa suka menunjukkan bangetnya pujian/celaan.
2. Letak perbedaan:
kalau ni’ma/bi’sa dalam memuji/mencela itu umum (tidak butuh terhadap mufadhal ‘alaih)
sedangkan kalau af’alu at-tafdhil dalam memuji/mencela itu butuh terhadap
mufadhal ‘alaih.
Definisi Af’alu At-Tafdhil
Definisi af’alu at-tafdhil ada dua:
Pertama:
كُـلُّ مـا دلَّ علـى زيـادةٍ تفضيـلًا كـان أو تنقيـصًـا
Setiap
hal yang menunjukkan makna tambah, baik lebih unggul atau lebih rendah.
Kedua:
إسـمٌ مصـوغٌ مِن المصـدرِ علـى وزْنِ أَفْعَـلَ لدلالتِـه على
تفضيـلِ الشّـيءِ إشتـراكًـا في الصّفـة وزادَ إحداهُمــا على الآخـرِ فيهمـا
Isim
yang terbuat dari mashdar yang disamakan pada wazan af’ala untuk menunjukkan
unggulnya suatu perkara yang sama dalam sifatnya sedang yang satu lebih unggul
dari yang lain dalam sifat tersebut.
Pembagian Af’alu At-Tafdhil
Pembagian af’alu at-tafdhil bisa dilihat dari dua
sisi:
1. Dari sisi lafadz
Dari
sisi lafadz ada dua bagian:
Pertama
fii baabihi, yaitu af’alu at-tafdhil yang setelahnya memakai kata min, seperti:
زَيدٌ أحسنُ مِن عَمْرٍ
Kedua
fii ghairi baabihi, yaitu af’alu at-tafdhil yang setelahnya tidak memakai kata
min, seperti:
واللهُ أعْلمُ
2. Dari sisi makna
Dari
sisi makna ada dua bagian:
Pertama
fii baabihi, yaitu af’alu at-tafdhil yang mempunyai makna unggul.
Kedua
fii ghairi baabihi, yaitu af’alu at-tafdhil yang maknanya sama seperti isim fa’il.
Bentuk-bentuk Af’alu At-Tafdhil
Bentuk-bentuk af’alu at-tafdhil ada empat:
1. Af’alu
at-tafdhil tidak memakai alif lam dan tidak diidhofatkan, seperti:
زيدٌ أفضلُ مِن عمرٍو
2. Af’alu at-tafdhil memakai alif lam, seperti:
زيدٌ الأفضلُ القومِ
3. Af’alu at-tafdhil diidhofatkan kepada isim nakirah, seperti:
زيدٌ أفضلُ رَجُلٍ
4. Af’alu
at-tafdhil diidhofatkan kepada isim makrifat, seperti:
زيدٌ أفضلُ القومِ
Kita lihat bait Alfiyahnya:
صُـغْ مِـنْ مَصُــوْغٍ مِنـه للتَّعَجُّـبِ * أَفْعَـلَ لِلتَّفْضِيْــلِ وَأْبَ
اللَّـذْ أبِـي
Kesimpulan dari bait
alfiyah di atas ialah bahwa cara membuat af’alu at-tafdhil ialah sama dengan
cara membuat fi’il ta’ajjub, yakni menyamakan wazan af’alu at-tafdhil pada wazan
af’ala, dan juga kalimat yang tidak dibolehkan dalam pembuatan fi’il ta’ajjub
tidak boleh juga diperbolehkan dalam pembuatan af’alu at-tafdhil, yaitu:
1. Af’alu
at-tafdhil harus dibuat dari fi’il yang tiga hurufnya, yakni jangan terbuat
dari fi’il ghair tsulasi
2. Af’alu
at-tafdhil jangan terbuat dari fi’il ghair mutasharrif
3. Af’alu
at-tafdhil jangan terbuat dari fi’il yang tidak menerima saling mengungguli
4. Af’alu
at-tafdhil jangan terbuat dari fi’il naqish
5. Af’alu
at-tafdhil jangan terbuat dari fi’il manfiy
6. Af’alu
at-tafdhil jangan terbuat dari fi’il yang suka dipakai sifat
7. Af’alu
at-tafdhil jangan terbuat dari fi’il mabni majhul
Contoh af’alu
at-tafdhil yang memenuhi persyaratan:
زيدٌ أفضلُ مِن عمرٍو
زيدٌ أكرمُ مِن خالدٍ
Kita lihat bait Alfiyah
selanjutnya:
وَمَـا بِـه إلـى تَعجُّـبٍ وُصِـلْ * لِمـانِـعٍ بِـه إلـى التّفضيـلِ صِـلْ
Kesimpulan dari bait
alfiyah di atas ialah bahwa hukum-hukum yang telah ditetapkan pada fi’il ta’ajjub
harus ditetapkan pula pada af’alu at-tafdhil, yakni jika semisal ingin membuat af’alu
at-tafdhil tetapi kalimat fi’il yang hendak dijadikan af’alu at-tafdhil tersebut
tidak memenuhi sebagian syarat terbentuknya af’alu at-tafdhil karena ada suatu
hal yang mencegah, maka gunakan saja kalimat asyadda atau asydid, lalu kalimat
fi’il yang tidak memenuhi syarat tersebut diambil mashdarnya dan letakkan
setelah lafadz asyadda, cara membacanya dinashabkan karena menjadi tamyiz dari
lafadz asyadda, seperti:
هُوَ أَشَدُّ اسْتِخْراجا مِن زيدٍ
هُوَ أَشَدُّ حُمْرَةً مِن زيدٍ
Kita lihat bait Alfiyah
selanjutnya:
وَأَفْعَـلَ التَّفْضِيْـلِ صِلْـهُ أبـدَا * تَقْديـرا أوْ لفظـا بِمِـن إِنْ
جُـرِّدَا
Kesimpulan dari bait di atas ialah:
1. Jika af’al
tafdhil dikosongkan dari alif lam dan idhofat, maka af’al tafdhil tersebut harus
pertemukan dengan huruf min (huruf jar) baik dalam lafadznya ataupun dalam
taqdirnya.
Contoh dalam lafadznya:
زيدٌ أفضلُ مِن عمرٍو
مررتُ برجل أفضلُ مِن زيدٍ
Contoh dalam taqdirnya:
أنا أكثرُ مِنك مالا وأعزُّ نفرًا
Taqdirnya ialah:
أنا أكثرُ مِنك مالا وأعزُّ منك نفرًا
2. Jika af’al
tafdhil memakai alif lam atau diidhofatkan, maka af’al tafdhil tersebut tidak
boleh dipertemukan dengan huruf min (huruf jar).
Contoh:
زيدٌ الأفضلُ
Tidak boleh dibaca:
زيدٌ الأفضلُ مِن عمرٍو
زيدٌ أفضلُ النّاسِ
Tidak boleh dibaca:
زيدٌ أفضلُ النّاسِ من خالدٍ
Post a Comment for "Penjelasan Af'alu At-Tafdhil dalam Alfiyah"